Beberapa hal mengenai hipertensi berikut ini seringkali diabaikan orang. Akibatnya, pasien baru memeriksakan diri ketika sudah timbul komplikasi serius.
1. Hipertensi tidak menunjukkan gejala
Ini yang patut diwaspadai. Hipertensi pada dasarnya tidak menunjukkan gejala apapun. Anda baru tahu tekanan darah Anda tinggi ketika melakukan pemeriksaan atas penyakit yang kadang tidak berkaitan dengan hipertensi. “Tidak heran pasien baru menemui dokter ketika sudah mengalami komplikasi, seperti stroke, gangguan ginjal, serangan jantung, atau bahkan kebutaan,” ungkap dr. Tunggul Diapari Situmorang, SpPD-KGH, spesialis penyakit dalam dan perwakilan Indonesian Society of Hypertension (InaSH), saat ditemui di Jakarta beberapa waktu lalu.
2. Genetik merupakan salah satu faktor risiko hipertensi
Coba perhatikan lagi, apakah ada keluarga Anda yang memiliki riwayat hipertensi? Bila ada, berarti Anda berisiko mengalami hipertensi juga. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa 30-60% kasus hipertensi diturunkan secara genetik. Untuk itu, segera cek tekanan darah Anda, bila memang Anda berisiko terkena hipertensi karena faktor keturunan.
3. Tidak rutin melakukan cek tekanan darah
Mengecek tekanan darah tak hanya bisa dilakukan ketika Anda memeriksakan diri ke dokter. Apalagi, saat ini semakin banyak apotek yang juga menyediakan jasa pengecekan tekanan darah, kadar kolesterol dan gula darah dengan harga terjangkau. Namun, langkah terbaik adalah melakukan pengecekan tekanan darah sendiri di rumah, terutama jika Anda sudah terdiagnosis mengalami hipertensi. “Pengecekan tekanan darah di rumah biasanya dilakukan selama tujuh hari, pagi dan malam, dalam posisi duduk. Istirahat dahulu selama lima menit sebelum melakukan pemeriksaan, dan hindari makanan maupun minuman yang dapat meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah yang diukur di rumah lebih menggambarkan tekanan darah yang sebenarnya dibandingkan cek tekanan darah yang hanya dilakukan sekali saat berobat di klinik,” saran Dr. dr. Yuda Turana, Sp. S, spesialis saraf dan Wakil Ketua I InaSH.
4. Gaya hidup tidak sehat
Kelebihan berat badan, gemar mengonsumsi makanan berlemak, jarang berolahraga dan merokok meningkatkan risiko hipertensi. Sekitar 90-95% orang mengalami peningkatan tekanan darah karena gaya hidup yang tidak sehat. Modifikasi gaya hidup merupakan cara terbaik mencegah hipertensi. Tidak mudah memang, tetapi dengan membiasakan diri, maka hal itu dapat membantu menurunkan dan mengontrol tekanan darah agar tetap berada pada kondisi normal.
5. Terlalu tinggi asupan garam
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa asupan tinggi natrium meningkatkan angka kejadian hipertensi, stroke dan kematian akibat penyakit kardiovaskular. Garam sendiri merupakan penyumbang terbesar natrium dalam asupan makanan. Konsumsi garam yang terlalu tinggi dapat menyebabkan peningkatan pembentukan kolagen dan serat-serat elastin di pembuluh darah, sehingga menimbulkan kekakuan pembuluh darah. Oleh karena itu, membatasi asupan garam menjadi enam gram per hari, atau sekitar satu sendok teh, akan sangat membantu mengurangi risiko hipertensi akibat garam berlebih.
6. Terlalu stres
Bila Anda sudah mulai penat dengan pekerjaan, coba luangkan waktu sejenak untuk bersantai. Hal itu dapat menurunkan tekanan darah Anda yang meningkat akibat stres. Emosi yang tidak stabil juga dapat memengaruhi tekanan darah. Maka itu, tak ada salahnya menyediakan waktu untuk rileks, agar level hormon stres (kortisol) menurun dan tekanan darah tidak terlalu tinggi. Jangan karena kejar target pekerjaan, Anda jadi mengorbankan kesehatan.
1. Hipertensi tidak menunjukkan gejala
Ini yang patut diwaspadai. Hipertensi pada dasarnya tidak menunjukkan gejala apapun. Anda baru tahu tekanan darah Anda tinggi ketika melakukan pemeriksaan atas penyakit yang kadang tidak berkaitan dengan hipertensi. “Tidak heran pasien baru menemui dokter ketika sudah mengalami komplikasi, seperti stroke, gangguan ginjal, serangan jantung, atau bahkan kebutaan,” ungkap dr. Tunggul Diapari Situmorang, SpPD-KGH, spesialis penyakit dalam dan perwakilan Indonesian Society of Hypertension (InaSH), saat ditemui di Jakarta beberapa waktu lalu.
2. Genetik merupakan salah satu faktor risiko hipertensi
Coba perhatikan lagi, apakah ada keluarga Anda yang memiliki riwayat hipertensi? Bila ada, berarti Anda berisiko mengalami hipertensi juga. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa 30-60% kasus hipertensi diturunkan secara genetik. Untuk itu, segera cek tekanan darah Anda, bila memang Anda berisiko terkena hipertensi karena faktor keturunan.
3. Tidak rutin melakukan cek tekanan darah
Mengecek tekanan darah tak hanya bisa dilakukan ketika Anda memeriksakan diri ke dokter. Apalagi, saat ini semakin banyak apotek yang juga menyediakan jasa pengecekan tekanan darah, kadar kolesterol dan gula darah dengan harga terjangkau. Namun, langkah terbaik adalah melakukan pengecekan tekanan darah sendiri di rumah, terutama jika Anda sudah terdiagnosis mengalami hipertensi. “Pengecekan tekanan darah di rumah biasanya dilakukan selama tujuh hari, pagi dan malam, dalam posisi duduk. Istirahat dahulu selama lima menit sebelum melakukan pemeriksaan, dan hindari makanan maupun minuman yang dapat meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah yang diukur di rumah lebih menggambarkan tekanan darah yang sebenarnya dibandingkan cek tekanan darah yang hanya dilakukan sekali saat berobat di klinik,” saran Dr. dr. Yuda Turana, Sp. S, spesialis saraf dan Wakil Ketua I InaSH.
4. Gaya hidup tidak sehat
Kelebihan berat badan, gemar mengonsumsi makanan berlemak, jarang berolahraga dan merokok meningkatkan risiko hipertensi. Sekitar 90-95% orang mengalami peningkatan tekanan darah karena gaya hidup yang tidak sehat. Modifikasi gaya hidup merupakan cara terbaik mencegah hipertensi. Tidak mudah memang, tetapi dengan membiasakan diri, maka hal itu dapat membantu menurunkan dan mengontrol tekanan darah agar tetap berada pada kondisi normal.
5. Terlalu tinggi asupan garam
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa asupan tinggi natrium meningkatkan angka kejadian hipertensi, stroke dan kematian akibat penyakit kardiovaskular. Garam sendiri merupakan penyumbang terbesar natrium dalam asupan makanan. Konsumsi garam yang terlalu tinggi dapat menyebabkan peningkatan pembentukan kolagen dan serat-serat elastin di pembuluh darah, sehingga menimbulkan kekakuan pembuluh darah. Oleh karena itu, membatasi asupan garam menjadi enam gram per hari, atau sekitar satu sendok teh, akan sangat membantu mengurangi risiko hipertensi akibat garam berlebih.
6. Terlalu stres
Bila Anda sudah mulai penat dengan pekerjaan, coba luangkan waktu sejenak untuk bersantai. Hal itu dapat menurunkan tekanan darah Anda yang meningkat akibat stres. Emosi yang tidak stabil juga dapat memengaruhi tekanan darah. Maka itu, tak ada salahnya menyediakan waktu untuk rileks, agar level hormon stres (kortisol) menurun dan tekanan darah tidak terlalu tinggi. Jangan karena kejar target pekerjaan, Anda jadi mengorbankan kesehatan.
Tag :
Sehat